Suatu hari, isteri beliau berkata kepadanya : “Saya belum pernah melihat ada kaum yang paling mudah mengeluh seperti saudara² Anda.”
Tholhah bertanya : “Kenapa bisa begitu?”
Isterinya menjawab : “Karena saya perhatikan, jika Anda dalam keadaan berharta (kaya), mereka selalu bersama Anda. Namun, jika Anda tidak memiliki harta (fakir), mereka meninggalkan Anda.”
Tholhah pun menjawab : “Hal ini, demi Allah! Bahkan merupakan kemuliaan akhlak mereka!
Mereka mendatangi kita saat kita memiliki kemampuan untuk memuliakan mereka.
Dan mereka meninggalkan kita saat kondisi kita tidak mampu untuk memenuhi hak mereka.”
Imam al-Mâwardî ketika mengomentari kisah di atas mengatakan :
“Perhatikanlah, bagaimana beliau menakwilkan hal ini dengan kemurahanhatinya, sehingga beliau jadikan perbuatan buruk mereka sebagai suatu kebaikan, dan beliau berikan udzur (dispensasi) secara nyata.
Dan hal ini, demi Allâh, menunjukkan bahwa hati yang bersih itu adalah ketenangan di dunia dan ghanimah (harta rampasan) di akhirat, serta merupakan sebab masuk ke dalam surga.
وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَىٰ سُرُرٍ مُّتَقَابِلِينَ
“Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.” (QS al-Hijr : 47)
Âdab ad-Dunyâ wad Dîn hal. 180
@abinyasalma
Channel Telegram al-Wasathiyah wal I’tidâl
Dikutip dari Facebook Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi
Baca Juga
: